Muhammadiyah Berduka, Innalillahi wainnailaihi raji'un PWPM Kalsel Kehilangan Sosok Pa Dudur Sang Pemuda Tangguh

 

bbs-news.id, BARABAI - PMKALSEL Berduka Kehilangan Sosok Abdurrahman (Pa Dudur), Beliau orang yang  baik. Sabtu, (10/7/2021). 

Di ceritakan oleh Seorang teman atau Sahabat, Fuad nama panggilannya. Fuad mengatakan bahwa, Kabar berpulangnya Pa Dudur hari ini menyentak nalar dan rasionalitas saya serasa tidak percaya akan hal demikian, Sedari beliau dibawa ke Puskesmas, dirujuk ke RS Damanhuri dan akhirnya diinapkan di ICU Covid RSUD Ulin Banjarmasin hingga pagi tadi. 

Perkembangan kondisi beliau selalu kami pantau bersama kawan-kawan, ungkapnya. 

Adapun yg memantai di lokasi yaitu melalui rekan Torik yang memang diminta mendampingi beliau sejak awal sakitnya.

Ungkap Fuad lebih lanjut, saya memang belum terlalu lama kenal dan dekat dengan Pa Dudur. Mungkin  kenal sejak awal 2019 lalu. 

Tetapi waktu yang sebentar itu tidak berarti persaudaraan kami tipis dan hambar. 

Bahkan sejak tergabung dalam misi menjalankan tugas di persyarikatan, justru pertemanan serta persudaraan itu jauh lebih erat dan intens. 

Abdurrahman. Pa Dudur, sering kami panggil begitu. Sebagai bagian dari Mubaligh Mualaf Meratus, beliaulah ujung tombak pergerakan para mubaligh. 

Kami sering pula berkelakar bahwa Pa Dudur ini adalah 'intel' kami dalam mengumpulkan informasi dan situasi di desa-desa yang jadi target dakwah para mubaligh. 

Selain karena memang beliau mengenal banyak orang, pekerjaan menjadi tukang sayur yang beliau geluti selama ini tentu saja mendukung untuk mengumpulkan informasi dan segala hal terkait isu-isu warga binaan. 

Berdasar informasi beliaulah kami kadang menyusun strategi-strategi pergerakan pembinaan. 

Pa Dudur memiliki loyalitas yang kuat buat persyarikatan. 

Gigih di tiap kegiatan. Bahkan acapkali rela meninggalkan profesinya sebagai penjual sayur demi turut hadir berkegiatan. 

Saya yakin, siapapun yang mengenal dekat dengan beliau akan merasakan hal serupa. Soal kegigihan dan dedikasi terhadap organisasi terutama giat dakwah dan sosial kemanusiaan, kiprahnya jangan ditanyakan. 

Pada saat banjir bandang Januari lalu, orang pertama yang dicemaskan kawan-kawan relawan MDMC kala itu adalah beliau, karena rumah beliau tepat dekat di desa yang paling terdampak. 

Alhamdulillah, niat evakuasi kawan-kawan dinihari itu menembus resiko akhirnya berbuah manis. Pa Dudur selamat. 

Bahkan beliau jualah berdua dengan Ust. Rahmat (Katua PDPM HST) dengan luar biasa menjalankan tugas membawa logistik menembus kubangan longsor yang menutup jalan lantas berjalan kaki menuju desa Patikalain demi misi kemanusiaan. 

Relawan pertama yang mampu menembus lokasi pada saat itu karena memang akses jalan terputus dan mesti berjalan kaki lebih dari 1 jam. 

Tak salah jika menyebut beliau seorang pejuang tangguh. Bahkan dalam sakitnya, beliau berusaha luar biasa untuk bertahan meski takdir berkata lain. 

Pada saat tim medis sudah berpasrah diri melihat keadaan saturasi oksigen dibawah 40%, dengan kemungkinan bertahan cuma 20%, Pa Dudur kembali menunjukan kegigihannya dengan angka saturasi oksigen beliau berangsur naik hingga terakhir sampai menembus angka 99%. Ini jelas fenomena yang tidak biasa dari sisi medis. 

Tidak banyak sosok seperti Pa Dudur barangkali. Kejujuran dan kebersahajaan menjadikan Pa Dudur sosok kawan yang patut untuk dikenang setelah kepergiannya. Pekerjaan rutin sebagai penjual sayur tak pernah menjadikan kendala beliau untuk aktif dalam giat-giat persyarikatan dan sosial kemanusiaan. 

Tidak mudah memang jika dalam situasi kehilangan. Belum lama rasanya kami, kita, kehilangan almarhum Didi. Khusus bagi kami di Barabai, belumlah genap hitungan tahun jadinya kami mesti kehilangan 2 sosok orang baik yang memiliki loyalitas persaudaraan luar biasa. Kami telah kehilangan Didi dan kini kami ditinggalkan Pa Dudur. Mereka berdua orang baik. Mereka berdua adalah pejuang tangguh. 


Sebagaimana dalam situasi di medan peperangan, kami saling menjaga di belakang. Tatkala kehilangan rekan di medan pertempuran, maka tentu merasakan kesedihan yang mendalam. Mungkin kami kehilangan, dan kelak kami pun akan menyusul Didi jua Pa Dudur. Tidur abadi dalam kesenyapan gulita yang entah bila.