Memaknai Kemerdekaan RI Ke - 76 Dengan Mempertebal Nasionalisme

Bbs-news.id, Banjarmasin - Kalau usia manusia, 76 tahun, sudah usia tua dan usia kemerdekaan RI ke 76 tahun, menurut Ketua Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) Provinsi Kalimantan Selatan, Winardi Sethiono, agar lebih dimaknai dengan pengertian bernegara. Dalam arti katanya, bisa menumbuhkan nasionalisme terhadap negara kita. 

Ditegaskan, perjuangan hingga memperoleh kemerdekaan tidak mudah, memakan banyak korban dan lain sebagainya. Namun rasa syukur terhadap kemerdekaan ini, nasehatnya, dari pada harus kita rayakan dengan berbagai macam acara, kemudian besoknya sudah lupa, lebih baik kita renungkan, kita maknai dengan memperkuat rasa kebangsaan kita terhadap tanah air.

"Sehingga negara Indonesia itu memang harus mutlak dimiliki oleh Bangsa Indonesia sendiri, baik itu dari suku manapun juga, kalau mereka mempunyai kewarganegaraan Indonesia, itu adalah mutlak memiliki hak yang sama untuk mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)," Winardi mengingatkan.

Berbagai peristiwa yang terjadi yang dikhawatirkan mengarah keperpecahan Bangsa, kata Winardi, hal ini karena kita tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga begitu mudahnya arus politik masuk untuk memecah belah Bangsa ini. Ini menurutnya, sangat disayangkan.

"Saya yakin dengan memaknai kemerdekaan ini dan memperkuat rasa nasionalis kita terhadap tanah air, insyaallah tidak ada yang namanya adu domba atau musuh dalam selimut dan lain sebagainya. Tidak ada. Karena rasa nasionalis kita untuk mempertahankan NKRI ini sangat kuat. 

Jadi jangan sampai politik yang berperan di sini. Hanya ingin mengambil sebuah keuntungan sesaat, kemudian masyarakat tidak tahu arahnya di kemanakan. Itu sangat disayangkan," Winardi menegaskan.

Winardi menghimbau kepada masyarakat, lebih baik memperkuat rasa persaudaraan, rasa nasionalis, dan kalau perlu pasang (bendera) merah putih pada hari-hari tertentu. Bukan hanya di depan kantor-kantor Pemerintah. 

"Merah putih sebagai Lambang Negara itu dipasang setiap saat untuk nge-push atau memompa jiwa kita," saran Winardi.

Untuk Pendidikan Pancasila yang dirasa saat ini, yang dulu P4 (Pedoman Pengamalan dan Penghayatan Pancasila) kata Winardi, Perlu harus diadakan lagi. 

"Karena dengan hilangnya itu (P4) tadi, digabung dengan mata pelajaran yang lain, sehingga pelajaran itu tadi tinggal sedikit. Ya memang, kalau mengikuti kurikulum atau mengikuti kondisi atau keadaan, itu memang ketinggalan, kalau kita ingin fokus terhadap pengamalan Pancasila tadi. Tapi apa boleh buat, kalau Bangsa kita masih belum siap," Winardi menyarankan.

Diakui Winardi,  inginnya menuju zona nyaman, zona bebas, tapi kemandirian Bangsa belum siap. Alangkah elok, menurut Winardi,  P4 ditimbulkan lagi. Sehingga rasa nasionalis menjadi sangat tebal dan luar biasa untuk membela tanah air.(AN/Juns