Bbs-news.id,BANJAR– Awas jangan posting sembarangan dan pastikan anda jangan sampai yang menjadi penyebar berita bohong. Karena itulah dibutuhkan kejelian dan kecerdasan untuk memilah mana informasi benar dan informasi bohong atau hoax.Sebab salah satu sedikit saja bisa berdampak buruk bagi orang lain, termasuk bagi yang menyebarkannya. Karena orang yang memberitakan bisa saja terjerat hukum, karena ada aturan bagi yang melanggar akan terjerat Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
“ Karena itulah kita mesti bijak bermedia, termasuk juga bisa memilah-milah mana informasi yang benar mana yang bohong,” Demikian pesan Muhammad Risanta, SE,MM, salah satu pembicara Webinar Dampak Positif Bermedia Sosial, “ Gerakan Nasional Literasi Digital 2021"yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kerjasama dengan Indonesia Maju dan Siber Kreasi, Senin (27/09/2021).
Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Kabupaten Banjar, H Saidi Mansyur, menghadirkan sejumlah pembicara yang berkompeten dan memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang masing-masing. Salah satunya adalah Muhammad Risanta. Pria yang juga salah satu wartawan senior ini memaparkan terkait hoax dan dampaknya serta penanganannya.
“Hoax adalah pemberitaan palsu atau informasi yang sesungguhnya tidak benar, namun dibuat seolah-olah benar. Awas jebakan Hoax, jangan sampai kita asal posting,” jelas Risanta, Dosen STIE Pancasetia Banjarmasin.
Dalam acara yang dipandu oleh moderator Shabrina Anwari, Bang Santa begitu panggilan akrabnya, memberi tips agar tidak terjebak dan ikut-ikutan menyebarkan berita bohong atau hoax. Karena itu masyarakat harus melek dan bisa melihat terlebih dahulu ciri-ciri dari hoax tersebut.
“ Sederhana saja, kenali judul dan situs yang membuatnya, biasanya terdapat kalimat persuasif (ajakan) yang menyakinkan seperti sebarkan dan viralkan. Tak hanya itu kabar bohong atau hoax selalu ditandai dengan hurup besar dan tanda seru” ujar Bang Santa.
Selain itu sambungnya, kecenderungan hoax adalah memainkan opini bukan berdasarkan fakta. Informasi yang salah dan tidak akurat dibuat terutama dengan tujuan untuk menipu.Karena itulah dibutuhkan kejelian dan ketelitian. Yang penting adalah begitu mendapat postingan atau informasi yang meragukan, jangan langsung posting begitu saja, saring terlebih dahulu.
Menurut pria yang juga Ahli Pers Dewan Pers, masyarakat harus mendapatkan pengetahuan bagaimana mencegah dan memerangi hoax. Karena itulah Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 seperti Webinar Dampak Positif Bermedia Sosial, salah satu strategi pencerahan dan mencerdaskan masyarakat pentingnya sebuah literasi.
“ Yang penting sekali adalah kita harus bisa membedakan mana media massa (media mainstream) dan mana media sosial. Kalau media massa itu produk berita dibuat oleh wartawan yang jelas identitasnya dan disebarkan media yang berbadan hukum. Produk jurnalistik sesuai kaidah kode etik jurnalistik dan Undang-Undang Pers Nomor 40 tahun 1999. Ini berbanding terbalik dengan media sosial,” beber wartawan senior Transmedia Grup.
Tak Risanta, Webinar yang diikuti ratusan peserta dari berbagai kota di tanah air termasuk Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura, juga menampilkan sejumlah pembicara hebat seperti Martin Anugrah, presenter kondang nasional Indi Arisa dan Amiruddin, Dosen Institut Agama Islam Darussalam.
Acara ini pun mendapat apresiasi luar biasa kalangan milenial. Karena mereka mendapatkan wawasan dari keempat pembicara berkelas ini. Mereka pun berharap event pembelajaran seperti ini terus dilakukan untuk meningkatkan wawasan, selain mensukseskan program Gerakan Nasional Literasi Digital 2021.
“ Yang pasti kita apresiasi banget, karena banyak informasi-informasi berkaitan digitalisasi yang memberikan pengetahuan baru, terutama anak muda.Karena itulah literasi itu sangat perlu sebagai salah satu penangkal hoax” ujar Aliando, salah satu warga kepada BBS-News.Id.