Replika Masa Depan


 ِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Allahu Akbar-Allahu Akbar- walillahilham

Jamaah salat ied yang berbahagia

Pagi ini, kita dengan penuh gegap gempita menyenandungkan asma asma Allah, dengan penuh rasa akan kehambaan diri setelah sebulan lamanya kita di didik dengan berpuasa. Hari ini, banyak yang mengartikan kita bergembira karena meriah kemenangan. Makan dan minum, serta saling berkungjung ke sanak keluarga. Tentunya, kemenangan yang dimaknai makan dan minum bukanlah kemenangan yang sesungguhnya. Kita menang karena mampu menahan lisan kita dari menggunjing, mencela, menghina, bahkan membuka aib saudara kita. Kita menang, kalau telinga, mata, dan tangan ini terhindar dari perbuatan perbuatan tercela. Kita menang karena mampu mengelola nafsu dan emosi kita. Kita menang karena kita lebih dekat dengan Allah dari sebelumnya.. Namun, ada kemenangan di atas kemenangan, yaitu jiwa kita termasuk daripada jiwa yang bersih, jiwa yang bertaqwa, jiwa yang mampu menerangi lingkungan sekitarnya dengan perbuatan terbaiknya, jiwa yang selalu terikat dengan ketaatan, jiwa yang bersimpuh dengan kehinaan di depan keaguangan dan ke Maha Kuasaan Allah. Orang dengan jiwa tersebutlah yang dituju oleh pendidikan puasa. 

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاها  وَقَدْ خابَ مَنْ دَسَّاها

“beruntunglah mereka yang mensucikan jiwa nya dan merugilah mereka yang mengotori jiwanya.

Allahu Akbar-Allahu Akbar- walillahilham

Jamaah salat ied yang berbahagia


Tentunya, Manusia memiliki rekaman dalam memory nya. Baik memory yang tersimpan dalam alam bawah sadarnya, dia mengingat masa kecilnya, remaja nya, dan juga masa ketika menginjak dewasa. Namun, ketika dia sudah mulai menua, ganguan memory sudah mulai terasa. Dia hanya mulai mengingat masa kecil dan masa mudanya. Dalam pengetahuan, ini disebut hippocampus, bahwa otak menyimpan dalam ruang khusus terkait memory, khususnya memory indah.

Namun, manusia adalah manusia. Dia hanya mampu menyimpan memory masa lalu, tidak dengan masa depan. Manusia memiliki kelemahan dasar, yaitu tidak mampu memastikan masa depan, kecuali hanya sebatas prediksi. Karena ruang dan waktu, bukan dalam genggamannya.

Allah yang maha Agung, Maha pencipta, yang memiliki masa, ruang dan waktu dalam kekuasaannya. Allah menguasai masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Semuanya tercatat dalam lauhil mahfudz, lembaran yang terjaga. 

Kalau kita baca dan perhatikan al-Quran, al-Quran melampaui kinerja otak manusia. Al-Quran merekam peristiwa masa lalu, pada masa al-Quran di turunkan, dan juga merekam, recording the future, merekam masa depan. Rekaman masa lalu dan masa depan atau recording the future ini,  disebutkan al-Quran dengan tujuan untuk manusia. Manusia manusia, yang mampu menangkap pesan masa lalu, dan memahami apa yang akan terjadi, tentunya agar manusia akan semakin berhati hati. Dalam khutbah ini, khatib ingin menyebutkan salah satu rekaman masa depan yang disebutkan al-Quran.

 إِنَّا أَنْذَرْناكُمْ عَذاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَداهُ وَيَقُولُ الْكافِرُ يا لَيْتَنِي كُنْتُ تُراباً

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.”

Ketika manusia manusia durhaka itu melihat amalnya, melihat perbuatannya, melihat hasil pengadilannya, dan melihat tempatnya, maka dia berkata : alangkah baiknnya seandainya dahulu aku hanyalah tanah.

Perkataan laitani, yang diterjemahkan menjadi seandainya, menurut ulama 

حَرْفٌ للِتَّمَنِّي (مؤ). تَرِدُ لِطَلَبِ مَا يَسْتَحِيلُ تَنْفِيذُهُ

 adalah ungkapan harapan yang mustahil diwujudkan. Kalau bisa diterjemahkan lebih kompleks, maka perkataan ya laitani adalah perkataan harapan untuk mengembalikan waktu yang mustahil dilakukan manusia. Ungkapan ya laitana dalam ayat di atas ungkapan manusia karena keputus asaanya, tidak ada daya dan kekuatan apa pun untuk mengubahnya, kecerdasan apa pun tak ada gunanya, harta yang dulu dimiliki, disanjung, di bangga banggakan dan dipamer pamerkan tak mampu menolongnya, kursi kursi kekuasaan yang dulu di pundaknya tak mampu menyelamatkannya bahkan sedikitpun tidak bisa, gelar gelar keilmuwan, gelar gelar kekuasaan, gelar gelar kepahlawanan, semua tertanggal dan tidak dipandangan sedikitupun. Saat itu, dalam kondisi keputus asaannya yang sia sia, dia berkata, jika waktu bisa berputar, jika masa lalu di datangkan Kembali, maka lebih baik menjadi debu yang tidak berarti.

Pertanyaan lanjutannya, mengapa dia berharap dengan harapan yang mustahil, justru menjadi tanah atau debu. 

Yang pertama. Dikarenakan tanah adalah bahan dasar penciptaan manusia. Seperti firman Allah 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ

Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan  (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah;

Ketika manusia dibangkitkan, dan ketika sudah berada dipengadilan Allah, dan dia melihat buruknya perbuataanya, dan akhirnya mengetahui tempat di neraka, maka dia justru dia berharap dikembalikan menjadi bahan penciptaanya, yaitu tanah, karena tanah tidak di adili. 

Yang kedua, tanah dianggap sesuatu yang dianggap hina. Diinjak injak manusia dan lain sebagainya. Maka dari itu, ketika dia melihat nasib dirinya di akhirat, justru menjadi tanah adalah lebih baik dari pada menjadi manusia yang di azab Allah di akhirat kelak. Manusia yang di azab Allah, merasakan benar benar dalam penyesalan yang tidak berguna, tunduk dan penuh dengan perasaan paling rendah dan hina sebagai manusia. Serendah rendah nya, sehina hinanya, apalagi jika dibandingkan hidupnya dulu yang bergelimang dengan gemerlap dunia.

وَتَرٰىهُمْ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا خٰشِعِيْنَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُوْنَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّۗ وَقَالَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ الْخٰسِرِيْنَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَاَهْلِيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ الظّٰلِمِيْنَ فِيْ عَذَابٍ مُّقِيْمٍ   ٤٥

Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tertunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.” Ingatlah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal. (asy-Syµra/42: 45)

Salah satu bentuk kehinaan manusia ketika di hari kiamat kelak ketika seseorang berubah menjadi anjing. 

صحيح البخاري ٣١٠١: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي أَخِي عَبْدُ الْحَمِيدِ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ لَا تَعْصِنِي فَيَقُولُ أَبُوهُ فَالْيَوْمَ لَا أَعْصِيكَ فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ يَا رَبِّ إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَنْ لَا تُخْزِيَنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ فَأَيُّ خِزْيٍ أَخْزَى مِنْ أَبِي الْأَبْعَدِ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى إِنِّي حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى الْكَافِرِينَ ثُمَّ يُقَالُ يَا إِبْرَاهِيمُ مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ فَيَنْظُرُ فَإِذَا هُوَ بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ

Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Nabi Ibrahim bertemu dengan ayahnya, Azar, pada hari kiamat. Ketika itu wajah Azar ada debu hitam lalu Ibrahim berkata kepada bapaknya: "Bukankah sudah aku katakan kepadamu agar engkau tidak menentang aku?" Bapaknya berkata: "Hari ini aku tidak akan menentangmu?" Kemudian Ibrahim berkata: "Wahai Rabb, Engkau sudah berjanji kepadaku untuk tidak menghinakan aku pada hari berbangkit. Lalu kehinaan apalagi yang lebih hina dari pada keberadaan bapakku yang jauh (dariku)?" Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir". Lalu dikatakan kepada Ibrahim: "Wahai Ibrahim, apa yang ada dibawah kedua kakimu?" Maka Ibrahim melihatnya yang ternyata ada seekor anjing hutan yang kotor. Maka anjing itu diambil kakinya lalu dibuang ke neraka".


Allahu Akbar-Allahu Akbar- walillahilham

Jamaah salat ied yang berbahagia

Bagaimana kah kita ? ketika orang kafir melihat banyak kepedihan kehinaan di hari kiamat, terucap lah dimulutnya , membaca ayat itu, ya laitani kuntu turoba, seandainya saja dulu aq adalah debu yang tak berarti. Munkin dalam pikirnya, dengan menjadi debu lebih baik daripada menerima segala kepedihan dan kehinaan yang tak berujung.

Kalau lah mereka itu adalah orang orang kafir yang mendustakan Allah dan rasul-rasulnya, maka kita yang beragama Islam juga tidak luput dari kehinaan ketika berdiri di depan pengadilan Allah. Ini adalah bentuk dari rekaman masa depan, recording the future, yang disampaikan nabi Muhammad, Saw 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ   قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُوتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) 

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”.

Sekarang kita hidup lebih nyaman, tidur masih beralaskan kasur, tubuh masih berselimut pakaian, kaki masih beralaskan sepatu, hari ini, perhiasan masih dipakai guna menghiasi diri, gelar masih disematkan di nama, solat dikerjakan, harta sudah dikeluarkan, lantunan permbicaraan adalah kalam Allah. Ternyata, bukan jaminan, Lantas masih merasa aman kah dari kehinaan di hari kemudian, di hari manusia tidak ada yang berkilah, tidak ada yang berlogika, tidak ada diskusi dan argumentasi. Semua akan tampak dan tidak tertutupi. Allah menilai hati manusia, Allah menilai ketulusan manusia, Allah menilai kebersihan niat manusia dari semua keinginan dunianya. Betapa rugi, betapa rugi, hari ni kita duduk di kursi kemuliaan, namun akhir dari semua kehidupan, kita justru duduk di kursi kehinaan. Hanya ada satu air mata, yaitu air mata penyesalan.

Allahu Akbar-Allahu Akbar- walillahilham

Jamaah salat ied yang berbahagia

Diakhir khutbah ini, rekaman masa depan yang dijelaskan al-Quran dan hadis nabi Muhammad adalah untuk manusia agar lebih memperhatikan masa depannya. Tentunya, Apa yang kita lakukan di dunia ni, akan memiliki pengaruh untuk kehidupan kelak di akhirat. Iman, islam dan ihsan, semakin lurus hatinnya, bagus akhlaqnya, santun perilakunya, maka dia akan mendapatkan perhormatan. Dan sebaliknya, kufur, munafik, semakin busuk hatinya, kasar akhlaqnya, dan keji perilakunya, maka dia akan mendapatkan kehidupan yang sangat buruk dan kehinaan yang tak bertepi.

يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا (85) وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا

(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.


. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

 فَاغْفِرْ لَنا ذُنُوبَنا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئاتِنا وَتَوَفَّنا مَعَ الْأَبْرارِ (193) رَبَّنا وَآتِنا مَا وَعَدْتَنا عَلى رُسُلِكَ وَلا تُخْزِنا يَوْمَ الْقِيامَةِ إِنَّكَ لَا 

تُخْلِفُ الْمِيعادَ

Ya Allah Ya Tuhan Kami, kami melaksanakan perintah perintah mu, anungrahkan kami ketulusan jiwa, kemurnian niat, hanya untuk meminta ridhomu, 

Ya Allah, kami meminta dengan segala kehinanaan kami, jangan hinakan kami, jangan hinakan kami, jangan hinakan kami diakhirt kelak, 

Masukkan lah kami ke dalam golongan hamba mu  yang mulia, yang terhormat, yang terhapus keburukannya, dan yang diterima kebaikannya. 

. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ