Desa Hiyung Tapin Penghasil Cabai Terpedas di Indonesia

Junaidi memperlihatkan cabai kering Hiyung didepan stand UMKM Cabai Hiyung beserta olahannya (Foto :EDH)

Banjarbaru,bbs-news.id – Cabai atau cabe adalah salah tanaman perdu yang biasa digunakan untuk menambah selera makanan. Bahkan oleh sebagian orang tidak nikmat rasanya kalau makan tidak pakai sambal yang bahan bakunya adalah cabe.

Di desa Hiyung yang terletak di Kabupaten Tapin berjarak sekitar 77 km dari Ibu Kota Banjarbaru. Didesa ini ada sekitar 115 Hektar tanah yang digunakan untuk menanam cabai, makanya diberi nama Cabai Hiyung atau Cabe yang berasal dari desa Hiyung.

Budi daya Cabai Hiyung di desa Hiyung Tapin Kalimantan Selatan ( Foto : Ist)

Salah satu penggerak Kelompok Usaha Bersama (KUB) Junaidi, saat mengikuti stand pameran di acara “Pertemuan Pembinaan Penyuluhan Pertanian wilayah Kalimantan Selatan 2023” di halaman Gedung Auditorium Idham Chalid, Kamis (16/11), mengatakan bahwa cabai Hiyung memiliki pedas 17 kali dibanding cabai kebanyakan.

“Sejak 2016 kami mulai mengelola cabai Hiyung dalam bentuk jadi dan siap untuk dikonsumsi, sedang untuk pemasaran selain menjual langsung juga melalui online yang dikelola oleh anak-anak muda di desa kami,” ungkapnya.

Untuk potensi pasar Cabai Hiyung ini lanjut Junaidi luar biasa, ia pernah diajak kerjasama oleh perusahaan Indo Food untuk menyediakan 2 ton cabai segar setiap bulan. Akan tetapi Junaidi hanya bisa menyanggupi 1 ton, sehingga gagal karena tidak siap untuk bahan bakunya.

“Kemudian pada Juli 2023 perusahaan berlabel ABC tertarik untuk memakai cabai Hiyung dengan pengiriman pertama sebanyak 60 kg cabai kering atau sekitar 200 kg cabai segar,” ungkapnya.

Kemungkinan lanjut Junaidi, kedepannya akan lebih meningkat. Dan promosi melalui iklan di televisi sudah gencar dengan mengatas namakan Cabai Hiyung di desa Hiyung sebagai latar pembuatan bahan produk olahannya.

Meskipun ada beberapa kendala di lapangan seperti penyakit antrak yang sering menyerang tanaman cabai, juga baru-baru tadi kebakaran lahan karena musim kering. Junaidi tetap optimis usaha Cabai Hiyung ini tetap eksis selama orang masih mengosumsi cabai.

“Dari lahan yang ada, memang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat masih terpenuhi, tetapi kalau untuk Industri atau perusahaan besar terkendala penyediaan bahan baku yang cukup besar,”ujarnya.

Untuk memenuhi itu, Junaidi berharap agar masyarakat sekitar ikut bertani Cabai yang sudah terbukti mengangkat perekonomian warga. Kendalanya adalah mereka perlu modal, ada yang tidak punya lahan ada juga yang tidak mempunyai finansial yang memadai.

“Jadi mereka berharap bantuan pemerintah, misalnya dalam penyediaan lahan beserta bantuan bibit dan pupuk dalam mengelola budidaya tanaman cabai ini,” pungkas Junaidi.

Eddy/Andra